Jumat, 31 Agustus 2018

Pertahankan Tekad dan Kebiasaan Baik





Assalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokaatuh,

Alhamdulillah Bini’mati Tatiimussholihah, Puji dan Syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang tidak ada yang patut di Ibadahi dan menjadi tempat bergantung selain Dia, Sholawat dan Salam senantiasa kita sampaikan kepada Baginda Semesta Alam, Manusia Terbaik di Alam Semesta ini sejak diciptakan yakni Baginda Rasulullah Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam.
Tekad adalah sebuah pegangan hidup untuk mencapai tujuan hidup yang telah kita buat sebelumnya, tekad berarti kemauan (kehendak) yang pasti; kebulatan hati, iktikad, memasang tekad, dan sudah bulat tekadnya. Manusia yang hidup tanpa tekad layaknya seperti tanpa harapan hidup, hidupnya tak terarah dan tak punya pendirian, karena dasarnya manusia hidup nya bisa teratur salah satunya karena mempunyai tekad.
Apa yang sudah kita rencanakan di awal tentunya layak bagi kita perjuangkan dan sehingga tujuan atau cita-cita itu bisa raih. Dan tercapai nya tujuan hidup atau cita-cita adalah salah satu sukses nya dalam hidup kita.
Terkadang dalam hidup kita banyak peristiwa yang membuat kita gentar dan menyerah untuk mempertahankan tekad yang kita buat di awal, baik dari faktor internal maupun eksternal, karena dua faktor ini seringkali merubah pola pikir atau pandangan seorang manusia. Terutama faktor eksternal seperti, ajakan – ajakan dari teman – temannya, melihat pola hidup orang lain, rasa gensi ataupun iri, atau karena memang lingkungan teman – temannya sendiri, seperti yang Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadist nya :
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman (HR Abu Dâwud no. 4833 dan at-Tirmidzi no. 2378.” (ash-Shahîhah no. 927)
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً ، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَة
Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
Dari 2 Hadist diatas jelas lah bahwa pengaruh dari pergaulan dengan teman kepada sifat dan pribadi kita, juga bepengaruh terhadap tekad hidup kita. Dan karena itulah kita harus mempunyai prinsip hidup yang teguh, dan mencari teman yang bisa membantu kita meraih tujuan hidup kita.
Bisa jadi karena lingkungan yang kurang baik, pribadi kita yang asalnya terdidik dengan baik berubah dengan cepat menjadi kurang baik. Yang asalnya kita bersemangat dalam beribadah menjadi malas beribadah seperti teman – temannya, yang asalnya kita rajin menjadi malas, yang asalnya kita dilatih untuk jujur menjadi suka berbohong, dari poin – poin ini jelas lah penting mencari lingkungan bergaul yang baik.
Dikutip dari sebuah kultum dari seorang Dosen UIN Sunan Gunung Djati yakni ayahanda Cecep Anwar, M.Ag., bahwa pentingnya kita untuk mempertahankan kebiasaan baik yang dibiasakan sejak kecil walaupun lingkungan – lingkungan selalu berubah rubah karena berbagai urusan pekerjaan maupun pendidikan, kebiasaan baik yang diajarkan oleh orang tua, guru – guru kita alangkah baiknya tetap dipertahankan agar kebarokahan atau manfaat – manfaar hidup kita karena kebiasaan baik kita terus bisa terjaga.
Allah Berfirman dalam Al-Qur’an Al-Karim :
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (QS. Ar Rahman : 60)
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ
“Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.” (QS. An-Nahl : 30)
Kesimpulannya jika kita punya niat untuk melakukan sesuatu yang baik segerakanlah, dan jika terbesit dalam hati kita dalam melakukan sesuatu yang kurang baik segeralah batalkan niat itu. Ingatlah, segala apa yang kita lakukan semuanya dicatat oleh 2 malaikat disamping kita hal ini dijelaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an :
إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)
Wahai manusia, ingatlah ketika dua malaikat yang ditugaskan mencatat amal setiap amal manusia saling bertemu. Yang satu berada di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kirinya. Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya Raqib dan Atid.
(QS. Qaaf: 17–18).
 dan semuanya ada perhitungan nya kelak di akhirat, sesuai yang dijelaskan oleh Rasulullah Shollalloohu ‘Alaihi Wasallam dalam Hadistnya :
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.
Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 Hadits no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-AHadits ash-Ashahihah no. 946)
Semoga kita tetap Istiqomah dalam jalan kebenaran, jalan yang diridhoi oleh Allah Subhanahu Wata’ala Aamiin Yaa Rabb. Sekian dari Saya, yang benar datangnya dari Allah dan apabila salah datang nya dari Saya pribadi.

Wassalamu’alaikum Warohmatulloh Wabarokaatuh




Rabu, 29 Agustus 2018

Peran Mahasiswa di Zaman Era Milenial oleh ILHAM RIZQIAWAN

 Peran Mahasiswa di Zaman Era Milenial


Assalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokaatuh,

Mahasiswa, adalah rangkaian 2 kata sanskerta dari Maha yang artinya amat/sangat dan Siswa yang artinya adalah seseorang yang sedang menempuh pendidikan di suatu instansi/lembaga pendidikan. Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi, dan yang paling umum adalah universitas.

Seperti yang kita ketahui bahwa peran Mahasiswa sangatlah penting bagi kemajuan dan perubahan peradaban suatu daerah atau lingkungan, dikarenakan Mahasiswa adalah poros dalam mendobrak keterbelakangan peradaban suatu lingkungan.

Dengan Ilmu yang ia cari selama di Perguruan Tinggi, harus bisa teraplikasikan dengan bentuk pengabdian dan edukasi bagi lingkungan sekitarnya, adapun Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu :
1. Pendidikan/Pengajaran
2. Penelitian/Pengembangan
3. Pengabdian

Menurut Salah satu Mentor Kami di Universitas Sunan Gunung Djati Bandung yang bernama Ka Aldi Ripaldi, sekecil apapun ilmu yang kita dapatkan harus bisa diamalkan untuk orang banyak, kutipan ini sesuai dengan sebuah Hadist dari Rasulullah Shollalloohu 'Alaihi Wasallam dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَة
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Karena Mahasiswa tidak boleh mementingkan Ilmu bagi dirinya sendiri, setiap apa yang kita punya baik dari harta, keturunan, istri, dan ilmu semua akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Azza Wajalla kelak di Yaumul Hisab,  Salah satu Hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang menggambarkan keadaan hari kiamat adalah Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Dalam Hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تَزُوْلُ قَدَمَا ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ حَتَى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمْرِهِ فِيْمَا أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيْمَا أَبْلَاهُ وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيْمَا أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيْمَا عَلِمَ.
Tidak akan bergeser kedua kaki anak Adam di hari kiamat dari sisi RabbNya, hingga dia ditanya tentang lima perkara (yaitu): tentang umurnya untuk apa ia habiskan, tentang masa mudanya untuk apa ia gunakan, tentang hartanya dari mana ia dapatkan, dan dalam hal apa (hartanya tersebut) ia belanjakan serta apa saja yang telah ia amalkan dari ilmu yang dimilikinya.” (HR. at-Tirmidzi no. 2416, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir jilid 10 hal 8 Hadits no. 9772 dan Hadits ini telah dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah al-AHadits ash-Ashahihah no. 946)

Era Milenial adalah era dimana teknologi sudah semakin canggih, berkembang pesatnya teknologi dalam kurun waktu 20 tahun sudah banyak menghadirkan banyak perangkat canggih yang membantu banyak pekerjaan manusia, namun dari pesatnya teknologi ini membuat manusia semakin malas melakukan banyak kegiatannya, selain dari itu karena informasi sudah semakin cepat tersebar membuat berita yang terbukti kebenarannya dan yang hoax semakin tak terkontrol, banyak orang yang telah terpengaruh oleh berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya sehingga membuat permusuhan, perselisihan, pertengkaran, bahkan sampai masuk ke ranah perbuatan kriminal Na'udzubillaahi Min Dzaalik.

Dalam hal ini Mahasiswa berperan penting sebagai lentera bagi orang banyak dalam memberikan edukasi dan pengarahan ke berbagai kalangan masyarakat, yang bisa dikemas dalam bentuk workshop, seminar, atau penyuluhan.

Kenapa ini penting?
Menurut Guru Berpikir dan Guru Kurikulum Sastrawan dan filosof Bernad Shaw mengatakan bahwa di dunia ini hanya ada 2% orang mau benar-benar berpikir dan 3% orang yang menunjukkan bahwa ia sedang berpikir dan 95% lagi lebih memilih mati daripada harus berpikir, dari pernyataan ini menggambarkan pada era milenal ini yang segala sesuatu bisa mudah dan instan menyebabkan manusia tidak ingin berpikir jauh lagi, sifat individualis dan cenderung apatis semakin menjadi sifat utama kebanyakan manusia.

Dan Mahasiswa lah yang menjadi salah satu solusi dari permasalahan ini, ide - ide cerdas dan edukatif Mahasiswa sangat dibutuhkan saat ini, yang juga menjadi pelopor dalam merubah pemikiran manusia saat ini agar bisa menjadi lebih baik.

Sekian dari dari Saya,
Semoga bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Warohmatulloh Wabarokaatuh 

Rabu, 11 November 2015

SUMBANGAN IBNU KHALDUN DALAM BIDANG KEILMUAN ISLAM

LATAR BELAKANG IBNU KHALDUN
Nama sebenar Ibnu Khaldun ialah Abdul al-Rahman Ibn Muhammad Ibn Khaldun al-Hadrami. Nama Khaldun berasai dari keturunan Khalid bin Uthman iaitu seorang tentera Yaman yang pernah bergabung dengan tentera Andalusia. Semasa di Andalusia, nama Khalid bertukar kepada Khaldun.
Dilahirkan di Tunisia pada tahun 732H/1332M dan meninggal dunia di Kaherah, Mesir pada 808H/1404M. Ayahnya seorang ulama, ahli bahasa dan seorang pemerintah tentera. Beliau telah kehilangan ibu dan ayahnya akibat wabak kusta yang melanda kampungnya.
Berketurunan Arab dari Yaman yang berhijrah ke Andalus. Berpindah ke beberapa tempat iaitu Algeria, Fez, Granada, Bougie dan Mesir apabila Tunisia dilanda wabak taun.
Beliau merupakan seorang yang tekun dalam menuntut ilmu walaupun sibuk menjalankan tugas pentadbiran. Beliau telah mempelajari ilmu-ilmu agama seperti fikah, tafsir, hadis dan ilmu-ilmu naqli seperti logik, falsafah, matematik dan bahasa Arab.